Minggu, 01 Februari 2015

Lirik Lagu Berharap Kau Datang - M. Muhsin Anshori



BERHARAP KAU DATANG

*Intro
*Bait
Perjalanan panjang t’lah kita lalui
Canda dan tawamu kan slalu dihati
Kini semua pergi menjauhi mimpi
Yang t’lah kita tempuh dalam bayang semu
*Coda
Mungkinkah kau bahagia
Mungkinkah…
*Reff
Ku berharap kau kan datang temaniku
Disini kumenanti kau kembali
Dan datanglah membawa cinta yang suci
Bersama merangkai indahnya cinta
*Intro
*Bait
Bagaikan rembulan terangi hidupku
Laksana senyuman indah putri malam
Kini kumengerti arti hidup ini
Tanpamu disini kau tetap dihati
*Coda
Ku ingin kau selalu
Mencinta…
*back to reff

Happy watching : https://www.youtube.com/watch?v=NbCJnI3v9Xg
Posting By: DeaFerdrina

Lirik Lagu Mimpi - M. Muhsin Anshori



MIMPI

*Intro
*Bait
Indah paras yang kau lukiskan
Didalam ujung lubuk hatiku
Mungkin kau tak menyadarinya
Bahwa kucintaimu slamanya
*coda
Mungkin kini kau sedang berdua dengan dirinya
Pilihan hatimu..
*Reff
Ku tak inginkanmu hadir didalam mimpiku
Hanya inginkanmu tau isi dihatiku
Karna ku tau semua itu mimpi
*Intro
*Bait
Memang ku bukanlah yang sempurna
Tuk bisa bersanding denganmu
*Coda
Mungkin dari itu semua ku bias mengerti bahwa
Kau tak pantas untukku
*back to reff

Happy watching : https://www.youtube.com/watch?v=eXh7_VMDaZI
Posting By: DeaFerdria

Lirik Lagu Rapuhnya Aku - M. Muhsin Anshori



RAPUHNYA AKU

*Intro
*Bait
Sejenak ku terdiam
Termenung dalam benakku
Apalah hadirku untukmu
Bila luka trus iringi
Langkahku sempat terhenti
Terfikir untuk pergi
Tinggalkan cinta ini

*Reff
Berikanlah cintamu padanya
Karna ku tau kutak akan mampu
Walau ku tau kau yang sempurnakan hidupku
Hati berkata ku tak akan bisa
Dengarkan dara..dengarkan cinta..
Kasihku untukmu..

*Bait
Seringkali ku berharap
Kau selalu ada disini
Temani saat ku sendiri
Namun akankah akan terjadi
*back to reff

Happy watching : https://www.youtube.com/watch?v=aq8AOmgCbDg
Posting By: DeaFerdrina

Rabu, 28 Januari 2015

Salah Tafsir Ari Cinta



Salah Tafsir Arti Cinta
Percintaan mungkin kini menjadi tren dikalangan remaja, dari cinta monyet hingga cinta adalah seks. Pasti semua orang pernah merasakan yang namanya cinta monyet, tapi tidak semua orang yang mengartikan bahwa cinta dalah seks.
Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang harmonis dan romantis, hampir setiap hari akan melihat tingkah laku orang tuanya yang selalu tampak mesra di segala moment. Awalnya anak itu hanya mengartikan bahwa orang tuanya bahagia, namun seiring berjalanya waktu anak tersebut tumbuh menjadi seorang remaja yang penuh rasa ingin tahu. Dia ingin mencoba apa yang selama ini dia liat.
Bermula dari kisah kasih masa sekolah yang sering disebut dengan istilah cinta monyet, dia mulai menikmati apa yang dia lihat. Tanpa mengerti apa yang dirasakannya. Berlanjut pada masa percobaan, anak itu mulai berani melakukan sesuatu hal yang selama ini menjadi tanda tanya baginya. Dari berpacaran dengan gaya saling pandang dan malu-malu kuncing, beralih menjadi berpacaran dengan gaya saling menikmati surga dunia tanpa memikirkan apa yang akan terjadi. Semua anak itu lakukan hanyalah didasari dengan rasa percaya bahwa itu cinta, bahwa itu keindahan dibalik cinta, bahwa itu bukti dari cinta.
Memang semula itu semua nampak indah, namun banyak yang berakhir dengan deraian air mata dan rasa penyesalan yang mendalam. Waktu tidak bisa kembali, namun hal ini telah terjadi, pertimbangkanlah apa yang patut dan yang boleh dilakukan. sebelum derita menghampiri kehidupan :)

Askep Syok Kardiogenik



SYOK KARDIOGENIK

A.    Pengertian
         Syok Kardiogenik adalah suatu sindrom klinis dimana jantung tidak mampu memompakan darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhaan metabolisme tubuh akibat disfungsi otot jantung
         Syok kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
Syok kardiogenik terjadi ketika kemampuan jantung untuk memompa darah mengalami kerusakan. Curah jantung merupakan fungsi baik untuk volume sekuncup maupun frekuensi jantung. Jika volume sekuncup dan frekuensi jantung menurun atau menjadi tidak teratur, tekanan darah akan turun dan perfusi jaringan akan terganggu. Bersama dengan jaringan dan organ lain mengalami penurunan suplai darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak mencukupi dan mengalami kerusakan perfusi jaringan. Pasien dalam syok kardiogenik dapat mengalami agina dan terjadi disritmia. (Burnner & Suddarth, 2001)
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan terjadinya hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular. Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index (<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg). Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2004).



B.     Etiologi

1.      Gangguan kontraktilitas miokardium.
2.      Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau hipoperfusi iskemik.
3.       Infark miokard akut ( AMI),
4.      Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil.
5.       Valvular stenosis.
6.      Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung).
7. Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya ).
8.      Acute mitral regurgitation.
9.      Valvular heart disease.
10.  Hypertrophic obstructive cardiomyopathy.

Penyebab syok kardiogenik dapat mempunyai etiologi koroner atau nonkoroner (lihat tabel 15-5 untuk kondisi yang menempatkan pasien berisiko untuk mengalami syok kardiogenik). Syok kadiogenik koroner lebih umum terjadi daripada syok kardiogenik nonkoroner dan terjadi lebih sering pada pasien infark miokardium dimana terjadi kerusakan luas ventikular (>40%), terutama pada dinding anterior miokardium (Burnner & Suddarth, 2001).
Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2004)
Gangguan fungsi miokard :Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan.
Kardiomiopati
Tamponade jantung
Emboli paru
disritmia



C.    Klasifikasi
Syok dapat dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin lama semakin berat:
1. Tahap I, syok berkompensasi (non-progresif), ditandai dengan respons kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran lebih lanjut.
2. Tahap II, tahap progresif, di tandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ.
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.
D.      Manifestasi Klinis
Keluhan Utama Syok Kardiogenik :
1.      Oliguri (urin < 20 mL/jam).
2.      Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3.      Nyeri substernal seperti IMA.

Tanda Penting Syok Kardiogenik :

1.      Tensi turun < 80-90 mmHg.
2.      Takipneu dan dalam.
3.      Takikardi.
4.      Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5.      Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6.      Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
7.      Sianosis.
8.      Diaforesis (mandi keringat).
9.      Ekstremitas dingin.
10.  Perubahan mental.

Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oligouri, vasokontriksi perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada kardiogenik syok. Arythmia akan muncul dalam bentuk yang bervariasi yang merupakan perubahan ekstrem dari kenaikan denyut jantung, ataupun kerusakan miokard. Dengan adanya kerusakan miokard, enzim-enzim kardiak pada pemeriksaan laboratorium akan meningkat (Raharjo, S., (1997). Sebagian besar penderita kardiogenik syok dengan edema paru disertai naiknya PCWP, LVEDP (Left Ventrikel Diastolic Pressure). Edema paru akan mencetuskan dyspnoe yang berat ditunjukkan dengan meningkatnya kerja nafas, sianosis, serta krepitasi. Sedang kardiogenik syok yang tidak tertangani akan diikuti gagal multi organ, metabolik asidosis, kesadaran yang menurun sampai koma, yang semakin mempersulit penanganannya. Tanda karakteristik syok kardiogenik adalah penurunan curah jantung dengan kenaikan tekanan vena sentral yang nyata dan takikardia. Tahanan vascular sistemik umumnya juga meningkat. Bila perangsangan vagus meningkat misalnya pada IM inferior, dapat terjadi bradikardia (Daclhlan, R., & Nizar, R., (1989),


E.    Patofisiologi
LV = left ventricle
SVR = systemic vascular resistance
Dengan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas miokard, akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, yang pada kondisi kardiogenik syok perfusi miokard telah menurun, hal ini akan memperburuk keadaan. Akibatnya, fungsi penurunan curah jantung, tekanan darah menurun, dan apabila "Cardiac Index" kurang dari 1,8 ltr/menit/m2, maka keadaan kardiogenik syok semakin nyata (Shoemaker, 1989; Mustafa, I, 1994).
Hipoperfusi miokard, diperburuk oleh keadaan dekompensasi, akan menyebabkan semakin memperjelek keadaan, kerusakan miokard ditandai dengan kenaikan ensim kardial, serta peningkatan asam laktat.
Kondisi ini akan menyebabkan; konsumsi oksigen (O2) tergantung pada transport oksigen (Supply dependent), hutang oksigen semakin besar (oxygen debt), asidosis jaringan. Melihat kondisi tersebut, obyektif resusitasi bertujuan menghilangan VO2 yang "supplay-dependent", "oxygen debt" dan asidosis.
Di sisi lain dengan kegagalan fungsi ventrikel, akan meningkatkan tekanan kapiler pulmoral, selanjutnya diikuti dengan meningkatnya tekanan hidrostatis untuk tercetusnya edema paru, disertai dengan kenaikan "Pulmonary capilary wedge pressure" (PCWP), serta penurunan isi sekuncup yang akan menyebabkan hipotensi. Respon terhadap hipotensi adalah vasokontriksi sistimik yang akan meninggikan SVR ("Sistimik Vaskuler Resistan") dan meninggikan "After load" (Raharjo, S., 1997). Gambar akhir hemodinamik, penurunan isi sekuncup, peninggian SVR, LVEDP dan LVEDV.

                Respon neurohormonal dan reflek adanya hipoksia akan menaikkan denyut nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard. Dengan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas miokard, akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, yang pada kondisi kardiogenik syok perfusi miokard telah menurun, hal ini akan memperburuk keadaan. Akibatnya, fungsi penurunan curah jantung, tekanan darah menurun, dan apabila “Cardiac Index” kurang dari 1,8 ltr/menit/m2, maka keadaan kardiogenik syok semakin nyata (Shoemaker, 1989; Mustafa, I, 1994). Hipoperfusi miokard, diperburuk oleh keadaan dekompensasi, akan menyebabkan semakin memperjelek keadaan, kerusakan miokard ditandai dengan kenaikan ensim kardial, serta peningkatan asam laktat. Kondisi ini akan menyebabkan; konsumsi oksigen (O2) tergantung pada transport oksigen (Supply dependent), hutang oksigen semakin besar (oxygen debt), asidosis jaringan. Melihat kondisi tersebut, obyektif resusitasi bertujuan menghilangan VO2 yang “supplay-dependent”, “oxygen debt” dan asidosis. Di sisi lain dengan kegagalan fungsi ventrikel, akan meningkatkan tekanan kapiler pulmoral, selanjutnya diikuti dengan meningkatnya tekanan hidrostatis untuk tercetusnya edema paru, disertai dengan kenaikan “Pulmonary capilary wedge pressure” (PCWP), serta penurunan isi sekuncup yang akan menyebabkan hipotensi. Respon terhadap hipotensi adalah vasokontriksi sistimik yang akan meninggikan SVR (“Sistimik Vaskuler Resistan”) dan meninggikan “After load” (Raharjo, S., 1997)


E.     Komplikasi

1.      Cardiopulmonary arrest
2.      Disritmia
3.      Gagal multisistem organ
4.      Stroke
5.      Tromboemboli

F.    Pemeriksaan Penunjang

1.    EKG :  mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola.
2.      ECG :  mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
3.      Rontgen dada : Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4.      Scan Jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5.    Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
6.      Elektrolit :  mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
7.  Oksimetri nadi :  Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
8.   AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9.    Enzim jantung : meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).

G.   Penatalaksanaan

Keperawatan

1.      Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
2.    Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PO2 70 - 120 mmHg
3.      Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi dengan pemberian morfin.
4.      Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5.      Bila mungkin pasang CVP.
6.      Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Medis :
1.      Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
2.      Anti ansietas, bila cemas.
3.      Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
4.      Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
5.    Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6.      Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
7.      Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
8.      Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi jaringan.
9.      Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.





H.     Pengkajian
Pengkajian primer
1.    Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
2.     Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3.    Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4.      Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.





I.       Diagnosa keperawatan
b.KerusakanPertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar
dPerubahan perfusi jaringan b/d penurunan / penghentian aliran darah.
e.Nyeri ( akut )  b/d  iskemik jaringan sekunder akibat sumbatan atau penyempitan arteri koroner.
f.Intoleransi aktifitas b/d Ketidak seimbangan antara suplai  oksigen dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miokard.
J.   Intervensi
b.      Kerusakan  pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar
Ditandai dengan :
-          takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus – menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar dan mengi  peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral dingin.
Intervensi dan Rasional
-          Auskultsi bunyi nafas, catat krekels,suara mengi.
Menyatakan adanya kongesti paru / pengumpulan secret menunjukan kebutuhan untuk  intervensi lanjut.
-          Berikan posisi fowler/ semi fowler atau disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dengan posisi fowler / semi fowler dapat membantu pengembangan/ekspansi paru sehingga mempermudah pertukan gas pada alveolar .
-          Kolaborasi dalam pemantauan  gambaran seri GDA, nadi oksimetri.
Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru, hal ini terjadi pada GJK kronis maupun syok kardiogenik.
-          Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahaan sesuai indikasi .
Diharapkan dapat meningkatkan oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/ menurunkan hipoksemia jaringan .
-          Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi : Diuretik contoh furosemide ( lasix); brokodilator contoh amonofilin.
Diuretik diberikan untuk membantu menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaraan gas.
Brokodilator meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas kecil dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongesti paru.
Evaluasi :
-          Ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukan oleh GDA /oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.    
d.      Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan / penghentian aliran darah.
Ditandai dengan :
-          Tekanan arterial sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak 60 mmHg dibawah tekan basal ( hipotensi relative ), nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur, Gejala hipoperfusi jaringan kulit  ; dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan kaki kolaps, Gangguan fungsi mental, gelisah, berontak,apatis, bingung.penurunan  kesadaran hingga koma.
Intervensi dan Rasional.
-          Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu seperti cemas, bingung, letargi, pingsan.
Perfusi cerebral secara langsung b.d curah jantung dan dipengaruhi oleh elektrolit, Hypoxia , ataupun enboli sistemik.
-          Lihat pucat, cyanosis, kulit dingin atau lembab dan  catat kekuatan nadi perifer.
Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit atau perubahan denyut nadi.
-          Kaji tanda homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi)eritema, edema.
Indicator trombosis vena.
-          Berikan latihan kaki  pasif, hindari latihan isometric.
Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboflebitis.Latihan isometric dapat sangat mempengaruhi curah jantung dengan menin gkatkan kerja miokardia dan konsumsi oksigen.
-          Pantau pernafasan, catat kerja pernafasan.
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernafasan.
-          Kaji fungsi gastrointestinal, catat anorexia penurunan atau tidak ada bising usus, mual atau muntah, distensi abdomen, konstipasi.
Penurunan aliran darah ke mesenterikus dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal, contoh : kehilangan peristaltic.
-          Pemantauan pemasukan dan catat perubahan haluaran urin. Catat berat jenis sesuai indikasi.
Penurunan pemasukan  oleh kerena mual terus menerus dapat dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negative pada perfusi jaringan dan fungsi dari organ .Berat jenis mengukur status hidrasi dan fungsi ginjal.
-          Kolaborasi dengan dokter dan laboratorium dalam pemeriksaan data laboratorium seperti GDA, BUN, Kreatinin, Elektrolit.
Sebagai indicator fungsi / perfusi organ .
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi . Misalnya : Heparin/ natrium warfarin( caumadin ); Simetidine( tagamet); Ranitidine(Zantac) ; antasida.
Pemberian Heparine dosis rendah mungkin diberikan secara profilaksis pada pasien resiko tinggi( Fibrilasi atrial, kegemukan , aneurisma ventrikel, atau riwayat troboflebitis) dapat untuk menurunkan resiko tromboflebitis atau pembentukan trombus mural. Simetidine( tagamet); Ranitidine(Zantac) ; antasida diberikan untuk menurunkan atau menetralkan asam lambung , mencegah ketidaknyamanan dan iritasi gaster, khususnya adanya penurunan sirkulasi mukosa.
  Evaluasi :
-          Perfusi adekuat secara individual, contoh kulit hangat dan kering, ada nadi perifer yang kuat, tanda vital dalam batas normal,, pasien sadar / berorientasi, keseimbangan pemasukan /pengeluaran;tak ada ditemukan edema, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
e.       Nyeri (Akut) b/d  iskemik jaringan sekunder akibat sumbatan atau penyempitan arteri koroner.
Ditandai dengan :
-          Wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran. skala biasanya 10 pada skala 1 – 10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Intervensi dan Rasional ;
-          Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal dan respon hemodinamik.
Variasi penampilan dan perilaku pasien area nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian. Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan b.d cemas.
-          Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri termasuk lokasi intensitas, lamanya kualitas dan penyebaran.
Nyeri sebagai pengalaman subyektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bila memungkinkan bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkan dengan penganlaman yang lain.
-          Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina atau AMI.
Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau perikarrditis.
-          Bila memungkinkan  anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri atau memerlukan peningkatan dosis. Dan untuk mengidentifikasi kiondisi pasien dengan segera pada kondisi syok, sehingga kerusakan lanjut dapat dicegah.
-          Berikan lingkungan yang tenang, dan tindakan nyaman ( contoh ; sprai yang kering / tak terlipat, gosokan punggung)
Menurunkan rangsangan eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
-          Observasi tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik.
Pemberian obat narkotika dapat semakin menurunnya tekanan darah/depresan pernafasan . kondisi ini dapat memperberat kondisi syok.
-          Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan dengan kandungan nasal atau masker sesuai indikasi.
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan iskemik jaringan.
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi dan kondisi pasien.
Anti angina contoh nitrogliserin ( nitri-bid, nitrostat, nitro-dur ) nitrat berguna untuk control nyeri dengan efek fasodilatasi koroner yang meningaktkan aliran darah koroner dan ferfusi miokardia. Efek  fasodilatasi ferifer menurunkan folume darah kembali ke jantung (freload), sehingga menurunkan kerja otot jantung dan kebutuhan oksigen.
Evaluasi :
-          Perubahan menunjukan menurunnya tegangan akibat nyeri yang dirasakan pasien, dengan respon tubuh menunjukan  tidak adanya respon menangis, merintih, meregang, mengeliat, menarik diri, dan perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban dalam batas normal.
f.       Intoleransi aktifitas b/d Ketidak seimbangan antara suplai  oksigen dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miokard.
Ditandai dengan :
-          Takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit / kelembaban, kelemahan umum pada fisik.
Intervensi dan Rasional.
-          Tingkatkan istirahat ,batasi kunjungan pada kondisi nyeri/ respon hemodinamika.
Menurunkan kerja miokardium/ konsumsi oksigen, menurunkan  resiko komplikasi yang lebih berat pada kondisi syok.
-          Bantu pasien dalam pemenuhan ADL .
Meminimalkan aktivitas pasien pada kondisi yang memerlukan istirahat maksimal dan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
-          Hindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan pada saat defekasi.
Aktivitas yang memerlukan ,menahan nafas dan menunduk(Manuver valsavah)dapat menyebabkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung, dan takikardi  dengan peningkatan TD.
-          Kaji ulang tanda / gejala yang menunjukan tidak toleran terhadap aktivitas atau memerlukan pelaporan pada perawat / dokter.
Palpitasi , nadi tak teratur, adanya neyri dada yang meningkat atau dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan kondisi pasien.
Evaluasi
-          Didapat peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur/maju dengan frekuensi jantung / irama dan TD dalam batas normal pasien dan kulit hangat, merah muda , dan kering.
-          Kebutuhan ADL pasien dapat terpenuhi secara mandiri atau dibantu.